Bagaimana suatu negara dapat menjadi penguasa ekonomi....? Salah satu jawabannya adalah sektor industri yang maju. Dengan perindustrian yang maju maka dapat tercermin perkembangan teknologi dari suatu negara yang tentunya perkembangan teknologi berbanding lurus dengan perkembangan industri suatu negara. Indonesia merupakan negara yang berkembang dengan memanfaatkan berbagai sektor ekonomi salah satunya adalah sektor perindustrian, tentunya hal ini tidak lepas dari kelihaian para ahli-ahli industri kita yang berasal dari lulusan teknik industri, kali ini kita akan membahas perkembangan teknik industri di Indonesia.
Teknik
Industri lahir pada akhir abad ke - 19. Teknik Industri
adalah profesi dinamis yang perkembangannya didorong oleh tantangan dan
tuntutan dari manufaktur, pemerintah dan layanan organisasi sepanjang
abad kedua puluh. Teknik Industri juga merupakan profesi yang masa
depannya tidak hanya bergantung pada kemampuan praktisi untuk bereaksi
dan memfasilitasi operasional dan perubahan organisasi tapi lebih kepada
kemampuan mereka untuk mengantisipasi dan memimpin perubahan itu
sendiri.
Dalam
berjalannya era industri lahirlah konsep-konsep dari para tokoh pemikir
untuk lebih mengefektikan dan mengefisiensikan produktivitas pekerja.
Konsep tentang spesialisasi pekerja yang disampaikan Adam Smith, “motion
and time” dari charles Babbage, “Interchangeable manufacture” dari Eli
Whitney, dan yang paling utama adalah konsep dari Frederick Winslow
Taylor mengenai “scientific method” dan beberapa tokoh lainnya seperti
Frank Gilbert dan Lillian Gilberth menuntut keahlian teknis yang
terlatih yang dapat merencanakan, mengorganisasikan dan
menggerakkan/memimpin operasi-operasi dari sebuah sistem yang besar dan
kompleks.
Sejarah
Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus Universitas Sumatera
Utara [USU] Medan pada tahun 1965 dan dilanjutkan dengan Teknik Industri
ITB Institut Teknologi Bandung.
Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari
kondisi praktek sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu,
profesi sarjana Teknik mesinmerupakan
kelanjutan dari profesi pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada
pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi.
Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum
terdapat pabrik mesin.
Di Universitas Indonesia,
keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh
puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30
Juni 1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen
Teknik Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Pada
saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan
tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang
mereka hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat
diselenggarakan dengan lancar dan ekonomis.
Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah
pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi
ekonomis, dan perawatan (maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai.
Sedangkan sarjana Teknik Mesin tidak mempelajari sistem pengoperasian
tersebut secara keseluruhan. Sekitar tahun 1955, terdapat gagasan untuk
menambah perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam
bidang pengelolaan pabrik.
Pada
tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena
terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya,
banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda,
mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini
menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan
pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos dan Ekonomi Teknik.
Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB,
mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa
Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang.
Sementara
itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai
menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan
manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin
berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.
Pada
tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang.
Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan.
Sistem man-machine-material
tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja,
tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan.
Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan Programa Linier.
Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah
menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik
Mesin ITB. Pada
tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik
Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.
Saat ini ada banyak sekali universitas di Indonesia yang menawarkan prodi Teknik Industri yang pastinya setiap universitas memiliki keunggulannya masing-masing, berikut adalah beberapa kampus yang menyediakan prodi teknik industri dapat dilihat pada link berikut:
http://www.ban-pt-universitas.co/2015/05/universitas-jurusan-teknik-industri-terbaik-di-industri-peringkat-a.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar